Thursday, May 8, 2014

SEMANGAT (2)

UMROH
24 APRIL2014 - 02 MEI 2014

Aku bersyukur sekali Tuhan memberiku HIDAYAH dan kesempatan untuk melihat Masjid Nabawi dan  Masjidil Haram  kembali. Dan apa yang kulihat jauh sekali berbeda dari apa yang aku lihat di tahun 1990 ketika aku naik haji. 

Masjid Nabawi sungguh begitu indahnya dan Masjidil Haram alangkah begitu megahnya.

Di tahun 1990 yang lalu,  ketika aku berkunjung kesini, Masjid Nabawi waktu itu  kebetulan sedang  di renovasi besar-besaran sehingga banyak debu dan peralatan-peralatan yang mengurangi dan menutupi sebagian keindahan masjid.
Disamping itu,  Masjidil Haram belum tertata seperti sekarang ini,  dimana  sekarang ini menyatu dalam kesatuan lingkungan hotel-hotel dan perbelanjaan mewah.
Sarana untuk Thawaf dan Sai pun sudah begitu modern.
Pasar seng yang dulu jadi favorit jamaah belanja sekarang sudah tidak ada lagi. Berganti deretan mal dan hotel berbintang.

Sesuai paket NRA Tour&Travel yang aku ikuti, aku menginap  di hotel Movenpick hotel bintang lima yang berhadapan dengan pelataran Masjidil Haram. Sehingga akses ke Masjidil Haram sangat dekat sekali karena begitu turun lift beberapa meter kedepan sudah pelataran Masjidil Haram. Mestinya ini memungkinkanku untuk intensif beribadah.

Tapi apa yang terjadi???

Entah bagaimana, karena ini yang mengatur pihak NRA, aku sekamar berempat. Aku dan seorang ibu namanya bu Fega berusia sekitar 48 tahun dengan dua orang tuanya (Ibunya dan ibu mertuanya) dimana kedua orang tua tadi sudah cukup berumur yaitu keduanya sekitar 77 tahunan. Nah ternyata bu Fega sepertinya perlu bantuanku untuk mengurus dan melayani nenek-nenek itu untuk sholat dan ibadah ke masjid.

Aku adalah  ketua Pos Lansia “Dahlia Senja” yaitu  suatu komunitas yang memberi perhatian terhadap kesehatan dan kesejahteraan para lansia. Maka  naluriku tentu tidak mengijinkanku untuk egois tidak memperdulikan nenek-nenek tersebut. Alhasil aku memilih untuk mengurangi intesitas ibadahku, agar  aku bisa membuat nenek nenek tersebut bahagia karena  merasa disayangi, dibantu dan diperhatikan.Seperti membantunya, menggandeng untuk ke masjid. Mencarikan tempat duduk.
Kadang kalau dandannya lama, jalannya pelan, maklum nenek-nenek, kami agak ketinggalan dengan yang lain, terpakasa tidak dapat duduk di dalam masjid tapi di pelatarannya.
.
Dikampungku urusanku dengan para lansia, dan jauh aku ke Mekah ternyata dipertemukan juga dengan para lansia.
Tapi bukankah menolong sesama adalah juga ibadah ? 

Dan bukankah Tuhan juga yang mengatur sehingga aku sekamar dengan para nenek ini?
Emangnya NRA tahu aku ketua lansia??? He he he …


Beberapa foto kenangan




Pengajian melepas umroh  dan kanan Bu jujuk dan  Hj Aisyah kader Pos Lansia Dahlia Senja  ikut mengantar ke airport Soekarno Hatta





Airport King Abdul Azis Jedah yang  jauh lebih nyaman dari tahun 1990 dulu
 


Pelataran Masjid Nabawi

 
  
Didalam masjid Nabawi
D



Saatnya pulang kembali.

Kami melakukan thawaf wada, thawaf perpisahan dengan kabah. Terharu rasanya akan meninggalkan kabah.

Kenangan  Masjidil Haram   yang terpatri, sungguh sekarang lain sekali.
Bertambah  megah, indah tak terperi
Memancarkan  misteri illahi yang menyentuh hati.
Ah kemana saja aku selama ini ????

Ketika kulangkahkan kakiku ber thawaf  doaku,” Ya Allah semoga langkah kakiku  ini juga sebagai langkah menuju perbaikan diriku”


T Hotel Movenpick, yang berhadapan dengan Masjidil Haram



iii
Ikut rombongan NRA Tour & Travel dan kanan: nenek Fatmah dan Mamah yang kusayangi

   


“Dan  ijinkan aku ya Allah untuk kembali lagi kesini”



 
(foto dari internet)

Sekarang bukan lagi " I left my heart in Sanfransisco",
 tetapi "I left my heart in Masjidil Haram"